Tiga
pertanyaan penting yang mengemuka. Pertama,bagaimana memanfaatkan blog dan jejaring
sosial semacam facebook untuk kepentingan pembelajaran? Kedua, bagaimana
memotivasi siswa agar
mau memanfaatkan internet (termasuk jejaring
sosial) sebagai sumber pembelajaran?
Ketiga, bagaimana mengatur
waktu agar seorang guru bisa
eksis ngeblog dan
berjejaring sosial tanpa
harus mengganggu aktivitas mengajar? Ya, ya, tiga
pertanyaan yang menarik sekaligus menantang, apalagi ini pengalaman pertama
saya berbicara tentang blog dan jejaring
sosial di depan ratusan pendidik. Berikut garis besar
pernyataan yang saya sampaikan dalam forum tersebut.
Pertama, seiring
dengan dinamika masyarakat global yang kian terbuka, akses terhadap informasi juga
makin cepat dan mudah. Para praktisi pendidikan yang
notabene menjadi agen pembelajaran juga mesti bersikap proaktif
dan terlibat sebagai “pemain” di dalamnya, tidak hanya sekadar jadi
penonton. Dunia virtualyang menyajikan informasi tanpa
dibatasi dimensi ruang dan waktu bisa dioptimalkan untuk peningkatan mutu pembelajaran.
Sumber-sumber dan bahanpembelajaran yang aktual dan menarik bisa
dengan mudah didapatkan melaluiinternet. Bahkan, guru juga bisa memanfaatkan blog dan media sosial yang
belakangan ini sedang mengalami masa “euforia” di ranah virtual untuk
kepentingan pembelajaran. Berbagai kemudahan yang ditawarkan
ruang maya bagi para pengguna, baik dalam soal akses, manfaat, partisipasi,
maupun kontrol,blog,
misalnya, bisa dioptimalkan sebagai “laboratorium virtual” untuk kemajuan
dunia pendidikan yang
sangat besar manfaatnya bagi peserta didik, guru yang
bersangkutan, maupun sesama rekan sejawat. Melalui blog,
sesama guru, gurudan murid, guru dan siapa pun
yang memiliki kepedulian terhadap duniapendidikan bisa
saling berinteraksi tanpa dibatasi sekat ruang dan waktu. Blog bisa
dioptimalkan untuk unjuk kinerja guru dalam menyajikan berbagai persoalan dan
pernak-pernik dunia pendidikan, sehingga mesin pencari makin ramah terhadap
masalah-masalah pendidikan yang hingga saat ini masih menyisakan banyak
problem dan tantangan.
Kedua, siswa pun bisa diajak
ikut-serta untuk memanfaatkannya. Tentu saja, dibutuhkan keteladanan dan
pendampingan sang guru.
Bagaimana mungkin kita bisa memotivasi siswa kalau
sang guru tidak
pernah bersentuhan dengan ruang maya? Jika pendidik dan peserta didik sama-sama
bisa hadir di ruang maya, mereka bisa berinteraksi secara intens, sehingga
berbagai masalah yang terkait dengan pembelajaan bisa terjembatani. Siswa terpacu untuk
melakukan “browsing” materi pembelajaran untuk menumbuhkembangkan
potensi dirinya, sementara itu sang guru juga akan terpacu “adrenalin”-nya untuk meng-upgrade
diri dengan mengikuti berbagai perkembangan informasi sesuai
dengan bidang keilmuan yang digelutinya.
Ketiga, guru, menurut PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan (pasal
28) merupakan agen pembelajaran yang harus memiliki empat
jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial.
Dengan menguasai empat kompetensi seperti itu, guru diharapkan
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk
perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam memangku jabatan guru sebagai profesi. Blog dan jejaring
sosial bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kompetensi
profesional guru.
Jika eksitensi blog guru terus hadir di ranah virtual,
bukan mustahil dunia pendidikan kita akan semakin kaya berkat sentuhan paraguru dalam menyajikan
postingan-postingan terbaik. Dengan demikian, blog gurubisa
dijadikan sebagai portofolio rekam jejak guru dalam memberikan
pengabdian terbaik buat bangsa dan negara melalui jagat virtual.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh internet, yang bisa
diakses oleh siapa pun secara lintas-geografis, lintas-usia, dan lintas-budaya, diakui
atau tidak, telah membuat duniapendidikan makin dinamis dan progresif. Para pengunjung
akan makin dimudahkan dalam mencari rujukan yang terkait dengan masalah
keilmuan,pembelajaran,
atau fenomena-fenomena pendidikan mutakhir yang lain. Karena tugas utamanya
adalah mendidik dan mengajar, tentu saja
sang guru harus
pandai-pandai mengatur waktu, sehingga tugas utamanya tidak terganggu aktivitas
ngeblognya. 24 jam dalam sehari lebih dari cukup bagi sang pendidik untuk
melakukan aktivitas keseharian (online dan offline), istirahat, atau
mengurus keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar